Hari ini saya membuat dua buah ikrar.
Yang pertama adalah kembali menulis secara rutin, entah di blog puisi, esai, ataupun menyelesaikan daftar urutan buku yang ingin diterbitkan. Paling tidak setengah jam satu harinya. Kemudian yang kedua adalah, menyelesaikan lembar per lembar berbelas buku dan majalah yang sudah saya beli tapi belum tersentuh. Juga setengah jam lamanya tiap hari.
Sayangnya saya lupa mengatakan bahwa seharusnya membaca didahulukan dari menulis. Karena setiap penulis pada dasarnya membutuhkan 'bahan bakar' untuk 'melaju' kata jadi kalimat dan kalimat jadi paragraf. Jadi paling tidak saya akan bercerita sedikit ttg percakapan antara saya dan seorang teman, yang berkunjung malam hari ini.
"One thing I hate about MLM...hiperbolanya itu loh."
"Gak semuanya sih, tapi emang rata-rata orang susah yang jadi sukses..bukan orang kaya menjadi sangat kaya."
Ada apa dengan mentalitas masyarakat negara berkembang? Senang mendengar kisah orang susah, ibarat sinetron, dari yang sengsara banget lalu hidupnya berubah 180 derajat. Perbedaannya, kalau di MLM itu selalu dengan berjuang, dan di sinetron biasanya karena ditaksir oleh anak orang kaya.
Well, seperti pelajaran bisnis, pada tingkatan tertentu modal yang berasal dari hutang akan membuat aset dan value yang jauh lebih tinggi dibandingkan modal yang berasal dari actual cash. Sama halnya dengan logika orang susah jadi orang hebat ini; zero to hero.
Semakin rendah titik awalnya, papan lontar atau jungkit akan membawa melambung tinggi. Tentunya dengan beberapa syarat. Yang pertama adalah logika, yang kedua fokus, dan yang ketiga adalah konsistensi. Ketiga hal ini tentu di luar faktor eksternal dan garis tangan manusia.
Secara logika, bisnis atau kegiatan Anda BISA mendapatkan untung.
Berdasarkan fokus, spesialisasi Anda MAMPU utk menjadikan Anda seorang expert.
Karena konsistensi, cepat atau lambat Anda PASTI berhasil.
Perbedaan antara hal biasa dan mustahil hanya satu, waktu kita mencapainya. Tidak ada suatu hal yang tidak mungkin.
Ambillah kata mungkin tersebut, kemaslah dalam pikiran dan hati Anda menjadi PASTI (bila hal tersebut baik untuk diri Anda).
Terkadang, mengetahui dengan bijak kapan harus berhenti, jauh lebih penting daripada memutuskan kapan harus memulai.
No comments:
Post a Comment